Penapublik 20220907083342.jpg
Read Time:2 Minute, 13 Second

CISARUA, PENAPUBLIK.COM – Puluhan orang yang tergabung dalam Forum Puncak Ngahiji dari berbagai macam elemen kemasyarakatan berkumpul dalam bingkai silaturahmi di Rumah Aspirasi atau Rumah Joglo di Jalan Raya Puncak tepatnya sebrang Cimory, Desa Leuwimalang, Kecamatan Cisarua pada Selasa siang (6/9/2022).

Tujuan diadakannya silaturahmi tersebut salah satu diantaranya melaksanakan agenda rutin tahunan sekaligus pembentukan kepanitiaan kegiatan Sedekah Kupat Rebo Wekasan yang akan digelar pada Bulan September ini.

Menurut Mulyana atau biasa disapa Bram mengatakan bahwa Forum Puncak Ngahiji yang digagas dan dibentuk bersama rekan sesama warga Puncak pada tahun 2017 lalu dimana memiliki sebuah sikap dalam hal apapun yang mampu dikerjakan berkaitan dengan hajat hidup dan berbagai aktifitas masyarakat kawasan Puncak termasuk salah satunya adalah tradisi Rebo Wekasan atau Sedekah Kupat sebagaimana dilakukan para leluhur terdahulu.

Slogan Kami Bangga Jadi Orang Puncak Kembali Digelorakan Forum Puncak Ngahiji

“Sudah seperti tradisi setiap tahun kita secara bersama-sama menggagas serta meneruskan budaya leluhur khususnya dikawasan Puncak mulai dari Ciawi, Megamendung hingga Cisarua. Dalam kegiatan tersebut mengandung makna sekaligus pesan moral untuk kita semua tentu-nya,” terang Bram salah seorang penggagas dan pendiri Forum Puncak Ngahiji.

Kedepannya kata Bram, Forum tersebut memiliki banyak gagasan-gagasan yang sedikit banyak sudah terimplementasi.

“Forum Puncak Ngahiji ini kan di isi oleh berbagai elemen, instrumen dan stakeholder. Bijaknya ketika kita berada dalam forum ini maka dengan tidak mengurangi rasa hormat, kita gantungkan atau lepaskan dulu atribut organisasi, OKP dan apapun bentuknya untuk bergabung dalam wadah paguyuban ini. Nah agenda kita untuk tahun ke 6 selama kiprah ini yaitu acara Rebo Wekasan yang akan kita gelar bersama masih di Bulan September,” paparnya.

Saat disinggung seolah ada dualisme dalam tubuh Forum Puncak Ngahiji, dengan nada diplomatis Mulyana menjawab bahwa hal tersebut sebagai sebuah kewajaran dalam dinamika berorganisasi atau wadah perkumpulan.

“Iya kita anggap sebagai sesuatu hal yang wajar dalam dinamika organisasi, Tapi saya tegaskan bahwa hari ini kita sudah sepakat tidak ada lagi hal semacam itu (dualisme-red). Saat ini kita sudah kembali kepada marwah bahkan kita sudah ishlah,” tandasnya.

Hal senada diungkapkan Muhsin atau biasa disapa Mas Bro, Sebagai salah seorang penggagas Forum Puncak Ngahiji mengaku memang dua tahun belakangan ini terlihat seperti ada dualisme dalam tubuh Forum.

Akan tetapi kata Muhsin dengan adanya momentum silaturahmi seperti ini dan agenda rutin tahunan yakni Rebo Wekasan, Hal yang dianggap dualisme seolah sudah mencair bahkan melebur menjadi satu kesatuan kembali.

“Ini momentum yang baik ya, Mulai saat ini tidak ada lagi Puncak Ngahiji dan Puncak Ngahiji Top. Semua sudah melebur kembali pada marwah aslinya saat dibentuk tahun 2017 lalu. Dan sejatinya masyarakat Puncak memang harus kuat terhadap segala tantangan dan hambatan. Hanya dengan kebersamaanlah kita bisa hadapi itu semua.” pungkasnya. (Fik).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

3 × five =