Bogor, PenaPublik.com – Tanggal 27 Juli diperingati sebagai Hari Sungai Nasional tentu-nya mengingatkan kita akan pentingnya melestarikan kekayaan alam dan lingkungan hidup termasuk Sungai didalamnya. Sungai atau juga disebut Patanjala yang berarti urat Bumi adalah sebuah bentangan aliran air yang berkelok-kelok dari Hulu atau biasa berada disekitar pegunungan dan perbukitan hingga sampai ke muara di pesisir.
Keberadaan Sungai seringkali di kaitkan dengan peradaban manusia selain sebagai sarana lalu lintas, Sungai juga menjadi sumber mata pencaharian bagi warga yang tinggal di bantaran. Tentu saja Sungai merupakan sumber air untuk kebutuhan masyarakat sekitar karena pada awalnya sungai-sungai di bumi ini mengalirkan air yang jernih dan sehat sehingga biota-biota yang beragam jenispun hidup didalamnya seperti ikan, udang, kepiting, lindung dan satwa air lainnya.
Seiring dengan perkembangan zaman dan pertumbuhan manusia yang begitu cepat ditambah lagi era industrialisasi yang cenderung pesat menghasilkan beragam limbah yang tumpah ruah secara terus menerus.
“Disadari atau tidak hari ini kita dapat saksikan nasib sungai-sungai kita begitu tercemar oleh bermacam limbah yang tidak seharusnya berada disana. Jika saja ada rasa memiliki yang penuh tanggung jawab dari semua pihak tentu kondisi pencemaran Sungai ini bisa dihindari,” tutur M. Syafwan, Salah seorang warga asli Puncak yang juga aktivis Lingkungan Hidup Pepeling.
Masih menurut Iwan Meichin biasa disapa, Dirinya mengingatkan pada Hari Sungai yang jatuh pada tanggal 27 Juli ini untuk sama-sama mengevaluasi diri dan mencari solusi terbaik bagaimana caranya agar sungai-sungai yang ada bisa jernih kembali sehingga keanekaragaman hayati yang ada didalamnya bisa kembali hadir seperti sebelumnya.
Salah satu solusinya kata dia, Satgas Sungai harus dihidupkan sebagai security pemantau keselamatan Sungai dari segala bentuk pengrusakan dan pencemaran yang merugikan serta merusak tatanan sungai dari kondisi alamiahnya.
“Semoga Hari Sungai 2020 ini menjadi momen refleksi sekaligus aksi penyelamatan pada sungai-sungai kita. Sebenarnya sudah lahir beberapa regulasi dalam hal penyelamatan Sungai, seperti sangsi bagi yang buang sampah sembarangan ke Sungai juga sangsi bagi Perusahaan yang membuang limbahnya ke Sungai dan regulasi-regulasi serupa lainnya,” ucapnya.
Meski demikian fakta dilapangan tidak banyak berubah, Dirinya mengaku sangat prihatin dan miris karena kondisi Sungai hingga saat ini masih sama, Dipenuhi dan disesaki oleh beragam jenis sampah dan tercemar bahkan dibeberapa titik terhimpit oleh bangunan material beton dan terjadi penyempitan.
“Hari ini yang dibutuhkan oleh Sungai adalah reboisasi bukan betonisasi. Ngurus sungai harus orang yang paham dibidangnya bukan dengan broker proyek infrasutruktur. Jangan jadikan sungai-sungai kita seperti comberan atau got raksasa,” ujarnya dengan nada geram.
Sementara menurut Solihin Fauzi, Aktivis Pepeling lainnya mengaku prihatin dengan kondisi Sungai diwilayah Puncak yang notabene berada di Hulu Sungai Ciliwung, Seperti Sungai Cisarua yang sudah sangat tercemar, Dengan air-nya yang keruh dan hitam pekat bahkan bangkai hewan pun banyak yang dibuang kearea Sungai.
“Mengkhawatirkan sekaligus menyedihkan sekali terutama Sungai disekitar kawasan Pasar Cisarua, Kami berharap regulasi yang di turunkan oleh Pemerintah ini benar-benar dilaksanakan,” pinta-nya.
Menurutnya, Mesti diingat pula bahwa air Sungai tersebut masih digunakan oleh warga sekitar yang ada dibantaran Sungai Cisarua, Baik untuk mandi, mencuci bahkan tak sedikit masih di gunakan untuk aliran ke Masjid artinya ini kan harus bersih.
“Padahal beberapa Bulan lalu pernah disinggung dalam acara Musrenbang di Aula Kecamatan Cisarua yang dihadiri oleh dua orang anggota DPRD khususnya wilayah Selatan atau Dapil III, Terkait masalah sampah di Sungai Cisarua. Akan tetapi hingga saat ini belum ada tindakan dan realisasi-nya. Lalu tanggung jawab siapakah ini.” tandasnya penuh tanya.
Reporter : Taufik