2025 08 28 21 17 48.jpg
Read Time:1 Minute, 45 Second

CISARUA, PENAPUBLIK.COM– Sejumlah perwakilan masyarakat Desa Cibeureum, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, yang terdiri dari RT, RW, Karang Taruna, serta lembaga Desa, melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke kawasan Taman Safari Indonesia (TSI) Cisarua, Pada Kamis siang (28/8/2025).

Sidak tersebut menyusul adanya dugaan pencemaran lingkungan yang ditandai dengan perubahan kualitas air Sungai yang mengalir ke Kampung Joglo dan Kampung Baru.

Dalam dua hari terakhir, Warga menilai kondisi air mengalami perubahan yang dikhawatirkan berdampak pada kesehatan masyarakat maupun ekosistem sekitar.

Pengerukan Danau di Area Taman Safari Indonesia (TSI) Dihentikan Sementara Atas Permintaan Warga.

“Kami sudah meninjau langsung sejak pagi tadi agar tidak ada prasangka atau fitnah terkait masalah air yang mengalir dari mata air Curug Jaksa maupun Curug Pariuk di dalam Taman Safari,” terang Deden Ketua RW 08 saat di lokasi pada Kamis (28/08).

Menurutnya, Kedatangan masyarakat bukan untuk memperuncing masalah atau memperkeruh suasana, Melainkan sebagai bentuk sosialisasi agar warga mendapat kejelasan kondisi sebenarnya.

Dalam pertemuan setelah sidak, warga Desa Cibeureum juga menyoroti menurunnya hubungan sosial antara manajemen PT. Taman Safari Indonesia (TSI) dengan masyarakat sekitar terutama yang terdampak.

“Persoalan limbah air ini justru jadi wasilah (perantara) untuk kembali bertatap muka dan menyampaikan unek-unek masyarakat,” tambahnya.

Ia menilai Taman Safari yang semestinya membawa dampak positif, Justru semakin renggang hubungannya dengan warga masyarakat.

“Padahal, perusahaan sebesar ini seharusnya bisa menjadi mitra yang baik bagi masyarakat,” ujarnya.

Ditempat yang sama, Pandi Rahman, Staf Desa Cibeureum menyampaikan ketidakpuasan terhadap penjelasan pihak TSI mengenai kondisi air dan danau di kawasan tersebut.

“Kami minta data jelas, berapa volume air danau, berapa debit yang keluar per detik saat pembuangan, serta kondisi di titik-titik aliran. Jangan sampai ada yang ditutupi,” tegas Pandi.

Pihaknya juga menyoroti fenomena kualitas air yang berbeda di beberapa titik.

Selain itu kata Pandi, mewakili warga masyarakat setempat meminta publikasi data terkait luas danau, ketinggian awal, hingga debit aliran air.

“Di bagian atas terlihat kotor, turun ke bawah bersih, lalu di bawah lagi kembali kotor. Ini harus ada penjelasan yang transparan.” tandasnya.

Saat ini, Pengerukkan diarea danau di TSI dihentikan sementara waktu sebelum mengering atas permintaan perwakilan warga. (Fik/Redaksi)