CISARUA, PENAPUBLIK.COM – Memasuki pertengahan Ramadhan 1442 H ini, Sejumlah orang yang tergabung dalam komunitas Puncak Ngahiji (PN) mengadakan silaturahmi sekaligus buka puasa bersama (bukber) bertempat di Cafe Bumi Ratu, Desa Citeko, Kecamatan Cisarua pada Minggu petang (25/4/2021).
Menurut Mulyana Kusuma atau biasa disapa Bram, Penggagas dan salah seorang pendiri Komunitas Puncak Ngahiji Ia mengatakan bahwa kegiatan tersebut bertujuan dalam upaya mempererat jalinan silaturahmi diantara sesama aktivis yang notabene warga asli Puncak Kecamatan Cisarua.
“Alhamdulillah ini mungkin ditahun ketiga ya kegiatan rutin terutama di Bulan suci ramadhan, Sekaligus kita buka puasa bersama meskipun kehadiran hanya diwakili beberapa orang saja namun tetap kita adakan dengan kesederhanaan,” ucap Bram didepan rekan-rekannya.
Tanpa mengurangi rasa hormat, Mulyana mengucapkan terima kasih atas kehadiran rekan-rekan yang selama ini masih konsisten dalam pergerakan dan menjaga eksistensi komunitas terutama lingkungan yang ada diwilayah Kecamatan Cisarua.
“Terima kasih juga saya sampaikan khususnya kepada pengelola cafe Bumi Ratu yakni Kang Dedi atas fasilitas tempat yang telah disediakan disini. Meskipun dengan segala keterbatasan yang ada dan konsep kesederhanaan namun tetap memiliki makna kebersamaan acara ini murni swadaya dari, oleh dan untuk kita. Semoga ini menjadi keberkahan bagi semuanya,” papar Bram menambahkan.
Sementara itu M. Syafwan, Rekan satu komunitas di Puncak Ngahiji yang dalam kesempatan tersebut memberikan wejangan sekaligus kuliah tujuh menit “kultum” menjelang waktu berbuka puasa.
M. Syafwan atau lebih dikenal Iwan Meichin mengatakan dalam melakukan aktivitas dan rutinitas berpuasa ada satu tantangan yang senantiasa dihembuskan oleh syaitan yakni sifat serakah, Bahkan manusia seringkali lupa bahwa seberapa besar ukuran perutnya, Mereka mengambil makanan yang berlebihan dan akhirnya terbuang, Terjadilah perbuatan yang mubadzir. Dan bisa jadi perbuatan seperti itu bisa merusak pahala fadilah (keutamaan) ibadah puasa.
“Artinya kita ambil makanan sesuai dengan isi perut kita. Kalo diibaratkan usus atau perut kita ini ada 6 jengkal, 2 jengkal untuk makanan, 2 jengkal untuk air sementara 2 jengkal lagi untuk nafas. Karena serakah seluruh perut ini penuh oleh makanan dan air sehingga kadangkala sulit untuk bernafas dan itu menghambat kita,” paparnya.
Masih kata Meichin, Lanjutnya, Berdasarkan informasi dan kajian International Islam Society (IIS) bahwa acapkali ummat Islam membuang “sampah” makanannya 70 persen lebih banyak di Bulan Ramadhan. Artinya, Dosa pemubadziran makanan itu meningkat di Bulan puasa, Sementara Ramadhan itu sendiri adalah Bulannya latihan khususnya bagi ummat Islam.
“11 Bulan sisanya itu untuk praktek atau pengamalan. Ketika ramadhan sifat dan sikap peduli kita meningkat maka itu senantiasa harus terawat, Jangan sampai usai ramadhan kita masih memiliki sifat dan sikap angkuh, sombong, serakah dan lain sebagainya. Dengan kata lain berarti ibadah puasa yang kita jalankan itu gagal karena sifat demikian, Semoga kita semuanya dijauhkan dari sifat dan perbuatan yang bisa merusak pahala dan fadilah puasa.” tandasnya. (FIK)