Berita 20191202155742 Penapublik.jpg
Read Time:2 Minute, 14 Second

Cisarua, PenaPublik.com – Sungai Cisarua sebagai salah satu Hulu Sungai Ciliwung di kawasan destinasi wisata Puncak, Kabupaten Bogor, dulu-nya Sungai ini menjadi tempat bermain warga sekitar sekaligus menjadi sumber untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Namun kondisi saat ini jangankan untuk kebutuhan sehari-hari bahkan melihatnya saja membuat merinding jijik dan tidak bisa berlama-lama memandanginya.

Diperparah lagi kondisi saat ini bukan hanya sampah rumah tangga saja, berbagai jenis sampah mengitari Sungai bahkan bangkai ayam dan segala jenis kotoran bercampur menjadi satu di Sungai Cisarua sehingga mengundang aroma tidak sedap serta polusi bagi air sebagai sumber kehidupan.

Komunitas Pegiat Peduli Lingkungan (Pepeling) yang baru-baru ini melakukan aksi bebersih di sungai tersebut cukup kewalahan dengan banyaknya sampah yang tersangkut disela-sela bebatuan.

Aksi dengan nama Grebeg Runtah ini merupakan program kerja Pepeling dan kali ketiga selama 2 tahun berjalan, Pepeling ingin bersama-sama semua elemen berupaya memiliki kesadartahuan melalui aksi nyata secara langsung melibatkan masyarakat hingga para unsur Pemerintah sebagai pemangku kebijakan.

Sebagian besar lembaga seperti Dinas-dinas dibawah Pemerintah Kabupaten Bogor sedianya diundang melalui surat undangan secara resmi, dengan harapan sinergitas dalam penanganan sampah di Sungai Cisarua meskipun sudah kritis tetapi diupayakan dapat terwujud.

Namun siapa sangka yang terjadi bukannya mendapat perhatian dari Pemerintah Daerah, dalam hal ini Dinas terkait, harapan mereka hanya menepi di “Negeri Harapan”, yang muncul adalah kekecewaan dan termuat dalam ungkapan anggota Pepeling.

“Saya Iwan Mei Chien atas nama pribadi dan atas nama Pepeling mengucapkan terima kasih dan apresiasi setinggi-tingginya atas support, dukungan dan bantuan dari semua pihak yang tidak dapat disebut satu persatu. Saya sangat bangga bisa berkolaborasi dengan semua yang hadir terutama rekan rekan yang datang dari jauh seperti Mapala IUQI Leuwiliang dan Komunitas Markonah Ciampea, Bogor Barat,” tutur Muhammad Syafwan atau biasa disapa Iwan Meichin.

Namun dirinya merasa kecewa terhadap UPT yang menangani Sampah dan Pengairan karena ketidakhadirannya dalam aksi Grebeg Runtah tersebut.

“Pendek kata kami kecewa dengan kejadian ini, alih-alih mendukung ini malah mengecewakan. Saya harap kejadian ini bukan upaya boikot dari mereka, Berkaca dari kejadian ini (Grebeg Runtah/red) saya kira DLH dan UPT Pengairan kinerjanya perlu dievaluasi. Apalagi ada desas desus konon mereka berselingkuh dengan sejumlah Hotel, Resort dan Villa untuk pengangkutan sampahnya dengan mematok harga yang lumayan tinggi,” keluhnya.

Hal senada dikatakan Adeas, Aktivis Pepeling lainnya mengaku sangat kecewa kepada DLH dalam hal ini UPT terkait, Padahal surat undangan jauh-jauh hari sudah disampaikan.

“Acara kemarin sama sekali ga ada yang datang, dari PUPR juga sama. Hanya BPBD yang datang dari Kabupaten. Padahal surat undangan jauh-jauh hari sudah kami kirimkan tertanggal 18 November 2019. Masa kalah sama anak Pramuka, Ga digaji ga ada insentif tapi hadir sampai acara selesai.” pungkasnya.

Reporter : Taufik Hidayat

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

8 + 17 =