CISARUA, PENAPUBLIK.COM – Madrasah Diniyah adalah lembaga pendidikan keagamaan di luar sekolah formal yang diharapkan mampu secara terus menerus memberikan pendidikan agama Islam kepada anak didik yang tidak terpenuhi pada jalur sekolah yang diberikan melalui sistem klasikal serta menerapkan jenjang pendidikan.
Terkait Madrasah Diniyah (MD) itupun diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2007 yang menjelaskan tentang pendidikan agama dan pendidikan keagamaan pasal 14 ayat 1 bahwa madrasah atau pendidikan diniyah adalah termasuk dalam pendidikan keagamaan Islam yang bersifat nonformal.
Madrasah diniyah merupakan suatu lembaga pendidikan yang menyelenggarakan pembelajaran dan pendidikan dikhususkan dalam hal pengetahuan agama Islam kepada peserta didik dengan jenjang usia 7 (tujuh) sampai 18 (delapan belas) tahun, sedangkan proses pembelajarannya dilaksanakan dengan model klasikal.
Madrasah diniyah yang sifatnya suplemen terhadap pendidikan umum ini menyajikan pendidikan agama dan bahasa Arab kepada peserta didik dari sekolah umum yang bermaksud menambah ilmu pengetahuan agamanya.
Kehadiran madrasah diniyah di Indonesia digolongkan sebagai fenomena modern, yang dimulai sekitar awal abad ke-20 Masehi. Transformasi lembaga pendidikan Islam di Indonesia berasal dari Masjid, Pesantren, dan Madrasah. Manajemen pendidikan Islam dengan sistem madrasah adalah terobosan budaya dalam cara pembelajaran individu melalui sistem sorogan dan wetonan. Manajemen sistem baru terbukti dalam penggunaan sistem klasik, pengelompokan pelajaran secara bertahap, atau juga dalam kerangka waktu yang diperlukan untuk pendidikan. Salah satu bentuk implementasi pendidikan Islam adalah Madrasah Diniyah (MD).
Adalah Muhammad Supandi (43 tahun), Ia tercatat sebagai salah seorang warga Kampung Cipari, RT 3 RW 04, Kelurahan Cisarua, Kecamatan Cisarua. Lebih dari separuh hidupnya, Ia dedikasikan ilmu keagamaan serta pengalamannya saat di Pondok Pesantren untuk syiar Islam serta mengajarkan ilmu agama melalui Madrasah Diniyah Takmiliyah yang Ia kelola bersama keluarganya kepada puluhan murid sedari 2004 silam.
Yayasan An-Nabhany yang Ia dirikan sekitar tahun 2017 sesuai dengan keinginan dan cita-cita terpendamnya yakni mendirikan lembaga atau madrasah Diniyah juga sekolah nonformal lainnya.
Saat team PenaPublik menyambangi kediaman Supandi, Nampak terlihat warga sekitar yang didominasi oleh anak-anak usia dini sedang belajar ilmu agama dirumah milik sang Ustad dengan sarana dan prasarana seadanya.
Menurutnya, Kegiatan belajar mengajar warga yang selama ini ditampung dirumanya tersebut sudah berlangsung sejak lama sebelum Ia mendirikan Yayasan Annabhany. Dirinya mempunyai harapan besar terhadap anak-anak generasi mendatang agar senantiasa memiliki pondasi kuat yakni ilmu agama Islam dan akhlaqul karimah sesuai ajaran Allah dan Rasul-Nya.
“Kami berupaya agar anak didik disini memiliki akhlaqul karimah, mempunyai keilmuan yang mumpuni, beramal sholeh dan taat serta patuh terhadap ajaran Allah, Nabi dan kedua orangtua nantinya,” ucap Ustad Supandi sapaan akrabnya penuh harap.
Ia menuturkan sewaktu masih aktif di Pondok Pesantren sudah mulai ngajar mengaji bahkan aktivitas saat ini lebih padat waktunya meskipun sarana dan prasarana belum memadai.
“Nah ketika saya lagi ngajarin ngaji dirumah inilah pada waktu itu ada orangtua murid yang nawarin sok atuh bikin Yayasan yang bergerak dalam bidang pendidikan. Makanya saya dirikan terlebih dahulu yakni Madrasah Diniyah Awaliyah Takmiliyah atau bisa disingkat MDAT,” paparnya.
Seiring berjalan waktu, Karena makin banyak anak murid yang belajar dirumahnya hingga kini Ia nyaris disibukkan dengan aktivitas tersebut bahkan dibantu istri tercinta sebagai Kepala Diniyah dan adik-adik serta beberapa orang alumni yang notabene anak-anak didiknya nampak setia membantu dan mendampingi aktivitas mengajar di Madrasah Diniyah yang Ia kelola.
“Makin kesini, Anak-anak yang ngaji makin banyak namun kondisi rumah saya tidak memungkinkan hingga akhirnya kami mengalah tinggal dilantai dua. Disini yang mengajar ada 6 orang termasuk saya ditambah murid-murid yang udah senior tapi masih belajar disini kita rekrut untuk adik kelasnya yang masih junior. Seperti pemberdayaan gitu lah,” jelasnya.
Menurut Dedi, Salah satu orangtua wali murid yang ikut belajar di Madrasah Diniyah milik Yayasan Annabhany mengapresiasi upaya yang dilakukan oleh Ustad Supandi dan keluarganya dalam memfasilitasi serta mengajarkan ilmu agama khususnya kepada warga sekitar yang didominasi anak-anak sebagai generasi penerus Bangsa dan Negara.
“Iya, Saya salut sekaligus bangga meskipun tempatnya kecil murid-murid harus berhimpitan tatkala belajar mengaji, Namun kesungguhan dari Pak Ustad dan keluarganya dalam membantu dunia pendidikan terutama ilmu agama sebagai pondasi bagi kita semua harus kita dukung bahkan mensupport setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh Yayasan Annabhany ini sebagai contoh ada kegiatan santunan Yatim saat acara kenaikan kelas, karena disini juga ternyata menampung anak yatim untuk belajar pendidikan agama. Mudah-mudahan apa yang beliau ajarkan menjadi ladang amal dan juga berkah ilmunya.” tandas Dedi penuh ekspektasi.
Reporter : Taufik