Gambar 2024 07 04 184524692 1720093524727
Read Time:3 Minute, 12 Second

BOGOR, PENAPUBLIK.COM – Keluarga Nasional (Harganas) diperingati setiap tanggal 29 Juni, dan pada tahun 2024, peringatan ini memasuki tahun ke-31. Harganas merupakan momen penting untuk mengingatkan kita akan peran keluarga dalam menciptakan generasi emas.

Tahun ini, acara Harganas digelar di Simpang Lima, Semarang, Jawa Tengah, oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dengan tema “Keluarga Berkualitas Menuju Indonesia Emas”.

Momen ini untuk mengingatkan seluruh masyarakat Indonesia akan pentingnya keluarga sebagai sumber kekuatan untuk membangun Bangsa dan Negara.
Faktanya hari ini, fungsi keluarga tidak terwujud dengan baik, yang nampak dengan berbagai problem serius keluarga, seperti tingginya kemiskinan, stunting, KDRT, terjerat pinjol, juga perceraian. Di tambah lagi banyaknya kasus-kasus yang terjadi pada generasi muda Indonesia, mulai dari tauran antar pelajar, gengsters, pergaulan bebas/seks bebas, penyalahgunaan obat-obat terlarang, kekerasan, dan lainnya.

Adapun, Pemerintah menyiapkan program-program untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas diantaranya, yang dilansir (kemenko PMK, 30/06/2024) dimulai sejak prenatal (masa sebelum kehamilan), masa kehamilan, dan masa 1000 hari pertama kehidupan manusia. Intervensi telah dilakukan terutama pada perempuan. Selain itu, untuk remaja putri dengan memberikan tablet tambah darah untuk memastikan mereka betul-betul sehat dan kelak setelah menikah siap hamil, bimbingan perkawinan bagi calon pengantin, cek kesehatan sebelum menikah, cek HB darah, cek lingkar lengan, dan memberikan intervensi gizi untuk ibu dan bayi sampai 1000 hari pertama kehidupan.

Pemerintah juga menyiapkan fasilitas pemantauan kesehatan dan gizi ibu dan bayi yang terstandar di Posyandu dan Puskesmas mulai dari alat timbang terstandar, alat ukur antropometri, dan juga penyuluhan gizi dengan kader-kader yang terlatih.
Selain itu, definisi generasi emas yang diwujudkan juga tidak jelas, bahkan orientasi duniawi. Maka peringatan hanya sekedar seremonial karena berbagai hal yang kontradiktif pada kenyataanya.

Menko PMK, Muhadjir Effendy mengatakan, Dalam keluarga, ibu menjadi inti dari keluarga. Ibu berperan dalam pembentukan akhlak anak-anaknya. Perempuan tiangnya negara. Kalau perempuan terpelihara dan dirawat dengan baik. Dia bisa memerankan peran dengan baik maka akan kokoh negara,” (dilansir kemenko PMK, 30/06/2024).

Bagaimana mungkin bisa terwujud keluarga yang berkualitas? Realita yang terjadi saat ini di masyarakat sangat jauh dari harapan. Dalam hal ini peran orang tua begitu sangat penting, dalam mendidik, membimbing anak-anaknya untuk menjadi generasi yang kuat dan mandiri, serta mampu menghadapi tantangan zaman.

Mirisnya, para orang tua disibukkan dengan mencari nafkah, bekerja keras untuk memenuhi ekonomi keluarga, kerja berangkat pagi pulang sore bahkan malam. Ditambah peran ibu yang seharusnya mengurus rumah tangga dan anak-anak di rumah, tak sedikit yang bekerja di luaran untuk membantu perekonomian keluarga, bahkan seorang istri/ibu menjadi tulang punggung keluarga untuk menghidupi keluarganya.

Inilah cerminan negara kapitalisme, orientasi hidupnya hanya mementingkan kehidupan duniawi semata, tanpa memperhitungkan tujuan akhir hidup manusia yakni akhirat. Bila sosok ibu begitu amat penting dalam keluarga, untuk mencetak generasi dan keluarga berkualitas, lantas kenapa realitas nya banyak para ibu rumah tangga yg bekerja sebagai buruh pabrik dan lainnya, intinya sibuk mencari uang, sementara anak-anak terlantar di rumah tanpa pengasuhan ibunya.

Maka dari itu, segala macam program yang digencarkan pemerintah, selalu carut marut hingga menjadi fenomena gunung es, masalah keluarga bukanlah hal yang sepele, butuh solusi hakiki agar permsalahan keluarga bisa diatasi dengan baik, bukan solusi tambal sulam. ini menjadi PR negara dari tahun ke tahun.

Harganas kini sudah mencapai ke-31, akankah hanya menjadi seremoni semata?
Kewajiban negara adalah mengurusi rakyatnya, kesejahteraan hidup rakyat kini harus diperjuangkan sendiri, rakyat harus banting tulang di tengah banyaknya pengangguran, sehingga membuat tambah sulit perekonomian keluarga, ditambah lagi lapangan pekerjaan yang tidak memadai. Negara juga tidak tegas mengatasi permasalah rakyatnya, kebijakan-kebijakan pemerintah yang dicanangkan tapi realitanya tidak mampu memberikan solusi tuntas.

Rakyat butuh sistem yang amanah, sistem yang aturannya berasal dari Yang Maha Pencinta alam semesta, yang mampu mengatasi segala permasalahan hidup dan mampu mencetak generasi-generasi yang tangguh, berakhlak mulia, generasi pejuang, seperti Muhammad Al-Fatih sang penakluk Konstantinopel pada masa itu.

Penulis : Andini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

twenty − 15 =