Penapublik 20221128211211.jpg
Read Time:1 Minute, 35 Second

BOGOR, PENAPUBLIK.COM – Filantra dan Launchgood menyalurkan bantuan Al- Qur’an braille terhadap 70 para disabilitas tunanetra di Yayasan Mentari Hati, Kota Bogor, Pada Minggu (27/11).

Pemberian bantuan tersebut karena penyandang disabilitas netra memiliki hak yang sama untuk bisa mengakses informasi maupun sarana dan prasarana publik lainnya.

Keterbatasan dalam indra penglihatan bagi penyandang disabilitas netra harus didukung dengan difasilitasi akses, Salah satunya melalui huruf braille.

Huruf braille menjadi metode yang mudah untuk disabilitas tunanetra menerima informasi. Keberadaan huruf braille menjadi peran penting untuk memudahkan mereka mengetahui bacaan.

Filantra bersama Launchgood menjembatani para disabilitas tunanetra agar memiliki akses mudah untuk mendapatkan fasilitas Al-Qur’an braille. Selain itu, Filantra juga membagikan bantuan sembako dan bantuan tunai.

Rani Noviyanti, Ketua Yayasan Mentari Hati mengaku sangat terbantu atas bantuan yang diberikan untuk teman-teman netra.

“Terima kasih kami ucapkan untuk Filantra dan Launchgood yang telah membantu teman-teman tunanetra di Mentari Hati untuk pembagian Al-Qur’an Braille. Mewakili teman-teman tunanetra lainnya di Kota Bogor tentu sangat terbantu dengan bantuan Al-Qur’an braille dan juga bantuan lainnya. Ini memudahkan kami dalam mengakses Al-Qur’an,” tuturnya.

Rani yang juga seorang disabilitas netra menuturkan bahwa untuk bisa membaca Al-Qur’an Braille membutuhkan waktu yang lumayan lama, Terlebih jika belajar di usia dewasa.

Sejak tujuh tahun lalu Yayasan Mentari Hati berdiri kata Rani, Ia tidak patah semangat memberi dukungan dan juga mengajar kepada para disabilitas tunanetra setiap Jumat agar bisa membaca Al-Qur’an braille.

Keberadaan Rani menjadi salah satu yang dicari, karena pengajar Al-Qur’an braille jumlahnya terbilang masih sedikit, sementara jumlah penyandang disabilitas tunanetra cukup banyak.

Setiap hari Jumat, Rani selalu rutin mengajar teman-teman netra ini. Mereka datang dari berbagai wilayah di Bogor. Meski tidak ada bayaran, namun Rani yang netra sejak dewasa, tepatnya setelah melahirkan anak pertamanya hanya berharap agar keberadaan dirinya sebagai disabilitas tunanetra bukan untuk dikasihani, tapi mereka juga bisa berdaya dan memberi manfaat bagi banyak orang. (Fik)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

thirteen + 18 =