Bogor, PenaPublik.com – Islamic Philantrophy menjadi trend baru, Sistem filantropi dalam Islam yang memiliki ke-khasan serta bersifat komprehensif dan universal menjadikannya sebagai sistem filantropi yang memiliki dasar filosofi yang kokoh serta amalan yang berkesinambungan.
Agama Islam memberikan perhatian khusus terhadap orang-orang yang kurang beruntung telah memberikan aturan (syariah) zakat, infaq, shadaqah dan wakaf (ZISWAF) sebagai sistem filantropi yang Islami. Karakter dari masing-masing ibadah-muamalah ini sangat khas, misalnya zakat hanya bagi mustahiq zakat, sementara wakaf haruslah dikelola dengan produktif sehingga hasil dari wakaf tersebut dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kemaslahatan umat.
Sementara infaq dan shadaqah bersifat lebih luwes dan fleksibel, dalam arti Ia bisa dimanfaatkan untuk seluruh kepentingan umat Islam. Saat ini berkembang di berbagai lembaga filantropi Islam di Indonesia dan juga Dunia, kiprah mereka sudah sangat banyak khususnya ketika terjadi musibah atau bencana.
Mereka berkontribusi tanpa pandang bulu, memberikan bantuan kepada mereka yang membutuhkan. Namun, pandemi Covid-19 yang telah meluluhlantahkan sendi-sendi kehidupan masyarakat juga berpengaruh terhadap berbagai lembaga ekonomi dan bisnis syariah di Indonesia dan Dunia. Bagaimana nasib dari lembaga filantropi Islam saat ini?, Menjawab pertanyaan tersebut maka Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukit Tinggi bekerjasama dengan UCYP Malaysia, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Program Pasca Sarjana Institut Agama Islam Sahid Bogor mengadakan Webinar internasional dengan tema “Pasang Surut Lembaga Islamic Philantrophy di Indonesia dan Malaysia masa New Normal”.
Sebagai pembicara dalam webinar ini adalah Dr. Azhar Jaafar dari UCYP Malaysia, Prof. Dr. Amelia Fauzia dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Dr. Abdurraman Misno dari Program Pascasarjana INAIS Bogor.
Acara yang digelar pada Rabu (05/08/2020) diikuti oleh berbagai komponen masyarakat, dari kalangan akademisi hingga praktisi di bidang filantropi Islam.
Menurut Dr. Abdurahman Misno, M.EI, Direktur Program Pasca Sarjana – Institut Agama Islam Sahid – Bogor mengatakan bahwa Islamic Philantropy di Nusantara memiliki akar tradisi yang kokoh, terbukti dengan tradisi gotong royong dan berdonasi yang cukup kuat di Negeri ini. Selain itu juga stimulus dari para ulama yang selalu berpesan agar memperhatikan fakir miskin. Ia mengutip perkataan dari Sunan Gunung Djati yang berwasiat dengan kalimat “Ingsun titip Tajug lan Fakir Miskin.”
“Saya titip Masjid dan Fakir Miskin,” ucapnya menirukan.
Adapun maksud dari wasiat ini masih kata Dr. Abdurahman bahwa umat Islam harus peduli dengan keadaan fakir miskin, membantu mereka dan ikut mensejahterakannya.
Kegiatan webinar ini berjalan dengan lancar hal tersebut nampak terlihat antusias dari para peserta dari awal hingga akhir acara. Bahkan acara ini lebih panjang 45 menit dari waktu yang telah ditentukan karena banyaknya peserta yang ingin bertanya.
“Semoga Islamic Philantrophy ke depan semakin berjaya di Negeri ini, Sehingga akan memberikan kontribusi lebih banyak lagi untuk masyarakat, Aamiin YRA.” pungkasnya.
Reporter : Sigit
Editor : Taufik