CISARUA, PENAPUBLIK.COM – Puluhan orang perwakilan warga masyarakat Puncak di 3 Kecamatan terdiri dari Ciawi, Megamendung dan Cisarua menggelar silaturahmi dan pertemuan membahas terkait helaran Rebo Wekasan atau tradisi Sedekah Ketupat yang sedianya akan digelar pada September mendatang.
Kegiatan rutin tahunan Rebo Weukasan diketahui untuk tahun ini sudah menginjak tahun ke tujuh (7) dimana diawali sejak 2017 lalu.
Menurut K.H E. Dimyati, Tokoh agama dikawasan Puncak dalam sambutannya mengatakan bahwa selain kegiatan rutin, Rebo Weukasan atau dalam istilah sunda disebut tradisi sedekah ketupat, Hal tersebut menjadi salah satu budaya kearifan lokal warga masyarakat dikawasan Puncak dan sekaligus sebagai bagian dari wisata religi.
Tradisi yang disebutnya sedekah ketupat kata Dimyati khususnya di 3 wilayah Kecamatan yakni Ciawi, Megamendung dan Cisarua yang sering terdengar melaksanakan kegiatan tersebut.
“Konon katanya diawali pada abad ke-18 di Jawa Barat yakni di Bogor dimana mulai diterapkan kurang lebih sekitar tahun 1878 pada masa kolonial Belanda oleh seorang ulama kharismatik bernama Abuya Asy’ari atau Mama Bakom (Ciawi) yang berasal dari Banten,” jelasnya.
Ia menceritakan dalam satu riwayat perjalanan hidupnya Kiyai Asy’ari diambil mantu oleh Kiyai Tubagus Andung (Makamnya Cibeureum).
“Jadi awal mula adanya Pondok Pesantren terbesar dan tertua itu diwilayah Cibeureum jauh sebelum adanya pesantren-pesantren yang ada di 3 wilayah Kecamatan,” paparnya.
Ia berharap semua elemen bersatu padu dalam mewujudkan acara yang rutin digelar setiap tahun tersebut.
“Iya saya berharap agar semuanya kompak bersatu padu jangan keliatan loyo dan melempem. Mari kita lestarikan budaya dan tradisi sedekah ketupat sebagai salah satu kearifan lokal yang ada dikawasan Puncak ini,” pinta-nya.
Ditempat yang sama, H. Rakhmat Hamami, Kepala Desa Cibeureum mengatakan kegiatan Rebo Wekasan yang sedianya akan digelar pada pertengahan September 2023 dirinya siap sedia membantu dalam pelaksanaannya.
“Mudah-mudahan lebih gebyar lagi dibanding tahun-tahun sebelumnya. Karena jelas ini suatu tantangan untuk kita sebagai warga Puncak meskipun budaya luar banyak yang masuk ke wilayah kita,” ucapnya.
Dirinya mengucapkan terima kasih dan mengapresiasi kepada rekan-rekan yang masih menjaga marwah dan tradisi tersebut hingga saat ini.
“Kalau kita kaji tadi pemaparan dari Pak Kiai Dimyati terkait sejarah tradisi sedekah ketupat itu luar biasa, Tugas kita semua saat ini menjaga hal itu agar tetap berkesinambungan dan lestari.” pungkasnya. (FIK)