Berita 20190105052121 Penapublik.jpg
Read Time:1 Minute, 31 Second

Bogor, PenaPublik.com – Tepat di Hari Jum’at (04/01) Sejumlah budayawan kembali berkumpul di Cagar Budaya Sumur Tujuh Pajajaran, Jalan Lawanggintung, Kelurahan Lawanggintung, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor dalam rangka aksi petisi kembalikan sumur tujuh. Acara yang berlangsung hingga sore tersebut berjalan dengan lancar dan damai.

Sumur tujuh yang di yakini oleh para budayawan sebagai titik area Keraton Kerajaan Sunda Pajajaran, namun keberadaannya telah rusak akibat proyek yang di klaim tak berijin oleh Pemkot Bogor, namun hingga hari ini tidak ada kejelasan bagi para budayawan dengan apa yang di upayakan Pemkot Bogor kepada pengembang proyek di area tersebut ataupun pemilik lahan.

Menurut Bunda Uli Sigar Rusady, salah satu Tokoh Masyarakat adat Sunda dan juga pengurus dari Yayasan Kerajaan – Kerajaan Nusantara mengatakan bahwa penandatanganan ini adalah bagian dari tata cara masyarakat sunda yang mengedapankan rasa santun dalam menghadapi sebuah persoalan.

“Adat sunda mengutamakan kearifan dan kasih sayang. Kita coba ajak pemilik dialog sebagai sahabat, jika tidak bisa kita tempuh upaya hukum melalui Pemerintah dan wakil rakyat. Tidak ada aksi anarkis ataupun pengrusakan,” kata Bunda Uli dihadapan massa yang hadir.

Oleh karena itu menurutnya upaya melemahkan sebuah Bangsa adalah dengan di buramkannya sejarah dan di hilangkannya situs-situs yang konon mempunyai history dan bersejarah sebagai identitas dari sebuah Bangsa.

“Upaya melemahkan sebuah Bangsa adalah dengan pemburaman sejarah, hilangnya situs-situs bersejarah. Sehingga Bangsa itu kehilangan identitasnya,” ungkapnya.

Situasi Saat Dialog Dilakukan

Dirinya juga menegaskan bahwa hal ini akan di bahas lebih lanjut di Yayasan Kerajaan – Kerajaan Nusantara, agar Cagar Budaya sumur tujuh tidak tenggelam seperti makam raja – raja Sumedang Larang yang dahulu pernah di perjuangkan.

“Dahulu selama dua tahun saya bikin kemah agar makam raja – raja Sumedang Larang tidak tenggelam oleh pembangunan waduk, nangis saya saat itu menyaksikan makam leluhur saya tenggelam. Jangan sampai terulang dengan sumur tujuh ini.” pungkasnya mengakhiri pembicaraan.

Reporter : Taufik

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

18 + 17 =