Cisarua, PenaPublik.com – Yups, Kalimat tersebut menggambarkan terkait pelaksanaan Rebo Wekasan tahun 2019 ini jatuh pada Hari Rabu tanggal 23 Oktober, Kegiatan yang sedianya menjadi salah satu agenda yang digagas oleh Komunitas Puncak Ngahiji (PN) dan sebagai titik kumpul pada Selasa, 23 Oktober bertempat di Landing Paralayang, Jalan Raya Puncak, Desa Tugu Selatan, Kecamatan Cisarua.
Dengan konsep “Sejuta Ketupat”, Komunitas Puncak Ngahiji, sedari awal sejak tahun pertama kali tahun 2017 lalu bertempat di rest area semesta, Desa Cilember yang saat itu digelar cukup meriah dengan tujuan mempererat tali silaturahmi sekaligus ikut melestarikan kearifan lokal khususnya bagi warga masyarakat Puncak dan sekitarnya.
Tradisi rebo wekasan bisa disebut sebagai kearifan lokal adat yang didalamnya terkandung makna dan khasanah nilai-nilai budaya yang menghargai dan adaptif dengan alam sekitar, Serta tertata secara ajeg dalam tatanan adat istiadat suatu masyarakat. Walau sering dianggap kuno, nilai-nilai yang diajarkan dan praktek yang di jalankan masih merupakan cara terbaik untuk memelihara lingkungan di zaman post-modern seperti sekarang ini.
“Puncak sebagai kawasan destinasi wisata, Mungkin tak ada salahnya ketika kegiatan seperti rebo wekasan menjadi tradisi rutin di Puncak dan sekitarnya dalam upaya melestarikan kearifan lokal para pendahulu kita. Mudah-mudahan semua mendapatkan keberkahan dari Allah, Aamiiin YRA,” ucap Azet Basuni, Warga Megamendung.
Masih kata Azet, Dirinya menuturkan dalam rangka mewujudkan kegiatan yang sudah didepan mata tersebut itupun mencoba melakukan koordinasi dengan pihak PHRI Kabupaten Bogor.
“Alhamdulillah teman-teman PHRI menyambut positif untuk kegiatan ini, Insha Allah rebo kasan sebagai tradisi budaya akan tetap dan terus kita lestarikan. Bagi instansi atau perusahaan diharapkan untuk ikut berpartisipasi sekaligus sebagai ajang silaturahmi masyarakat Puncak dan Bogor Selatan yang kita cintai ini.” pungkasnya.
Penulis : Taufik Hidayat