2024 03 05 11 17 00.png.jpg
Read Time:1 Minute, 51 Second

PENAPUBLIK.COM, BANDUNG – Solihin GP, atau dikenal juga sebagai Mang Ihin, telah meninggal dunia di Bandung pada Selasa dinihari (5/3/2024) pukul 03.08 WIB. Ia adalah salah satu tokoh terkemuka di Jawa Barat, seorang sesepuh yang telah memberikan banyak kontribusi.

Berita duka ini disampaikan oleh Kepala Bidang Informasi dan Komunikasi Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda (DPKLTS), Taufan Suranto, yang menyatakan bahwa Solihin GP wafat di usia 97 tahun di Rumah Sakit Advent Bandung.

“Innalilahi Wainnailaihi Rojiun. Telah berpulang ke Rahmatullah Letnan Jenderal TNI Purn. H. Solihin GP (Mang Ihin) sesepuh Jawa Barat dan Siliwangi, Pejoang Lingkungan dan pendiri Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda (DPKLTS) di usia 97 tahun pada hari Selasa 5 Maret 2024 jam 03.09 WIB di RS Advent Bandung,” katanya di Instagram pribadinya, dini hari tadi.

Kelompok keluarga besar Solihin GP telah merencanakan pemakamannya. Upacara pemakaman akan dilakukan di Taman Makam Pahlawan Cikutra Bandung pada pukul 13.30 WIB.

Sebelumnya, jenazah akan dibawa ke rumah duka di Jalan Cisitu Indah VI nomor 1 Dago Bandung antara pukul 07.00-08.00, dan kemudian disemayamkan di Mako II Kodam III Siliwangi di Jalan Sumbawa nomor 22 Bandung.

Solihin GP dilahirkan di Tasikmalaya pada tanggal 21 Juli 1926, dari pasangan Haji Abdulgani Poerwanegara dan Siti Ningrum. Latar belakang keluarganya adalah dari kalangan priyayi Sunda, dan dia mendapat kesempatan untuk menempuh pendidikan hingga tingkat menengah tinggi di Tasikmalaya.

Dia memiliki pengalaman menjadi pejuang sejak masa sekolah, terlibat dalam Agresi Militer Belanda pertama pada tahun 1947, serta dalam melawan pemberontakan PKI di Madiun pada tahun 1948, dan juga DI/TII.

Solihin GP kemudian menjabat sebagai Gubernur Akademi Militer Angkatan Darat pada tanggal 15 Juli 1968, ketika usianya baru 42 tahun. Dia kemudian diangkat menjadi Gubernur Jawa Barat pada tahun 1970 oleh Presiden Suharto.

Salah satu pencapaiannya adalah persaingan yang dia lakukan dengan Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin dalam pembangunan daerah, terutama di wilayah perbatasan sekitar Ibukota.

Peran terakhir Solihin adalah sebagai anggota MPR pada tahun 1998, dan dia turun jabatan setelah masa Reformasi. Namun, jabatannya yang paling terkenal adalah sebagai Sekretaris Pengendalian Operasional Pembangunan (Sesdalopbang) dari tahun 1977 hingga 1992, yang masih dipegang olehnya selama masa pemerintahan BJ Habibie setelah lengsernya Soeharto pada tahun 1998.

Penulis: Fik

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

10 − four =