CIAWI, PENAPUBLIK.COM – Roso Ranggayu Bagyo, Ketua BPD Bendungan, Kecamatan Ciawi, Saat memberikan sambutan didepan para Ketua RT dan RW memaparkan sekelumit asal mula istilah atau penamaan RT/RW yang sudah ada dalam sejarah Indonesia sejak puluhan tahun silam kala itu pada masa pendudukan militer Jepang (Perang Dunia ke II) dan masih terasa hingga kini.
“Asal usul istilah RT (Tonarigumi) dan RW (Azzazyokai) yang kita kenal saat ini, itu lahir melalui Pemerintahan militer Jepang,” terangnya pada Jum’at siang (5/3/2021).
Dikutip berdasarkan buku sejarah Indonesia karya Sartono Kartodirdjo, pada tanggal 8 Januari 1944, Pemerintah Militer Jepang yang menduduki kawasan Nusantara atau Negara Indonesia saat itu memperkenalkan sistem tata Pemerintahan baru yang disebut Tonarigumi (Rukun Tetangga disingkat RT) dan Azzazyokai (Rukun Kampung, disingkat RK sekarang berubah menjadi Rukun Warga).
“Di negara Jepang yang namanya RT/RW kala itu dipakai untuk kepentingan politik yaitu untuk peperangan, Mengkoordinir warganya untuk membantu perjuangan. Nah di jaman sekarang ini juga masih dipakai dalam rangka memberikan masukan dan menjembatani antara Pemerintah Pusat hingga akar rumput atau rakyatnya,” paparnya.
Pembentukan sistem ini dulu digagas untuk tujuan merapatkan barisan di antara para penduduk Indonesia, sekaligus berfungsi untuk melakukan pengendalian dan pengawasan Pemerintah militer Jepang terhadap penduduk di suatu wilayah.
Tonarigumi terdiri dari unit keluarga yang terdiri dari 10 hingga 15 rumah tangga yang diselenggarakan untuk keperluan bahaya kebakaran, gempa, pertahanan sipil dan keamanan internal.
“Dengan perhatian yang begitu besar dari Pemerintah kepada kita, Maka selayaknya juga kita mampu bekerja secara sungguh-sungguh dan memberikan yang terbaik khususnya bagi warga masyarakat ditingkat RT dan RW masing-masing,” pinta-nya.
Untuk memudahkan pelayanan kepada masyarakat, Dirinya berharap disetiap RT maupun RW agar dibentuk struktur kepengurusan. Terlebih lagi saat ini ditengah pandemi Covid-19, Bupati Bogor memberikan intruksi terkait pelaksanaan PPKM berbasis mikro itu artinya sudah ketingkat RT masing-masing.
“Secara langsung disana butuh banyak orang, butuh banyak energi dan itu bisa kita dapatkan dari para warga yang kita rekrut, kita ajak bersama-sama membangun Desa Bendungan yang kita cintai ini.” pungkasnya. (TAUFIK)