Cisarua, PenaPublik.com – Dengan suara lantang layaknya orator ulung sambil meneriakkan yel-yel “Kami Bangga Menjadi Orang Puncak”. Azet Basuni, Salah seorang penggagas terbentuknya Komunitas Puncak Ngahiji pada 3 (tiga) tahun lalu dan hari ini tepat di tahun ketiga, Ia berdiri didepan panggung yang cukup megah dalam gebyar Sejuta Kupat Sejuta Harapan.
Seperti agenda sebelumnya yang sudah direncanakan, Kegiatan sedekah kupat menjadi tradisi budaya leluhur masyarakat sunda terutama di tiga wilayah Kecamatan diantaranya Ciawi, Megamendung dan Cisarua yakni Rebo Kasan atau hari rabu akhir (pamungkas) di Bulan Safar. Dan di Tahun ketiga ini pula sesuai kesepakatan para panitia kegiatan dilangsungkan di landing Paralayang, Jalan Raya Puncak, Desa Tugu Selatan, Kecamatan Cisarua, pada Rabu (23/10).
Diawali iringan hadroh yang mendendangkan irama lagu bernuansa religi dari Majlis Thoriqotul Jannah pimpinan Habib Husein dan lantunan Kalam Ilahi oleh Ustad Nafiz Faridi dari Pesantren Darussa’adah semakin menambah syahdu dan terasa hidmat meskipun angin cukup kencang masih menerpa dilokasi kegiatan yang dikenal sebagai salah satu destinasi wisata di Kabupaten Bogor.
Azet sapaan akrabnya mewakili rekan-rekan Puncak Ngahiji lainnya mengucapkan rasa terima kasih yang mendalam kepada semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu atas dukungan dan support sehingga kegiatan ketiga tahun tersebut ini berjalan sesuai dengan yang diinginkan bersama-sama dalam upaya menjalin dan mempererat tali silaturahmi.
“Kita harus bangga bahwa Puncak menjadi destinasi nasional dan tradisi rebo kasan ini menjadi agenda rutin yang hanya ada di Bogor Selatan ini. Puncak harus bebas dari bencana dan malapetaka, narkoba maupun prostitusi. Maka dari itu kita sama-sama harus bersatu bergandengan tangan untuk menjadi Puncak lebih asri. Kami bangga menjadi orang puncak,” seru-nya dengan lantang.
Sementara itu H. Aripin Aziz, Ketua panitia Rebo Kasan mengaku bahwa tahun ini merupakan tahun ketiga Komunitas Puncak Ngahiji menggelar acara rutin sedekah kupat atau rebo kasan.
“Kegiatan rebo kasan berdasarkan history atau catatan sejarah dilakukan pertama kalinya kalo gak salah pada tahun 1953 oleh salah seorang ulama termashur pada jamannya yakni almarhum Mama Asy’ari Bakom, Ciawi, Beliaulah pencetus adanya sedekah kupat atau tradisi rebo kasan. Ini tahun ketiga buat kami, yang tahun sebelumnya digelar di rest area semesta Cilember dan kedua di Rest Area Sari Barokah Cisarua. Mudah-mudahan kita semua mendapat maghfiroh dan keberkahan dari Allah SWT.” pungkasnya penuh harap.
Reporter : Taufik Hidayat