Dua Peneliti Wna Ungkap Kehamilan Badak Di Royal Safari Garden.jpg
Read Time:2 Minute, 18 Second

BOGOR, PENAPUBLIK.COM – Nina Fascione, Executive Director International Rhino Foundation (IRF) dan Terri L. Roth, PhD, Vice President of Conservation & Science and Director of Crew Cincinnati Zoo and Botanical Garden keduanya warga berkebangsaan Amerika yang menghadiri undangan Rapat Kerja (Raker) Yayasan Badak Indonesia (YABI) yang digelar di Aula Royal Safari Garden Resort and Convention pada 20 – 21 Juli 2022.

Saat ditemui awak media, Keduanya dengan didampingi salah seorang penerjemah disela-sela kegiatan Raker mengatakan sekaligus mengapresiasi serta mensupport apa yang akan dan sedang diupayakan oleh Yayasan Badak Indonesia (YABI) terkait populasi badak Jawa dan Sumatera agar mengalami peningkatan.

Nina Fascione mengatakan bahwa International Rhino Foundation (IRF) yang sudah lebih dari 30 tahun dalam kiprahnya bukan hanya di Indonesia melainkan di level dunia.

Khusus untuk Indonesia kata Nina melalui penterjemahnya senantiasa memberikan support kepada Yayasan Badak Indonesia yang saat ini di ketuai Yansen Manansang.

“IRF akan berupaya membantu mencarikan uang terutama dari Amerika mensupport kegiatan di Indonesia khususnya untuk Pemerintah sekaligus support untuk YABI yang beroperasi di Indonesia, Mesti dipahami betul bahwa kami IRF disini tidak memiliki apapun di Indonesia tetapi sejatinya kami akan selalu mensupport dalam upaya pengembangbiakan atau peningkatan populasi badak Jawa maupun Sumatera,” jelasnya pada Rabu siang (20/7/2022).

Jadi menurutnya, Pemerintah Indonesia dalam hal ini yang memiliki strategi peningkatan populasi badak Jawa maupun Sumatera.

“Kami sifatnya hanya mampu mensupport seperti contoh Pemerintah akan menangkap badak itu dan meletakkannya diwilayah konservasi agar mereka bisa hamil serta memproduksi banyak badak kemudian mengembalikan lagi ke habitatnya,” papar Nina.

Ditempat yang sama, Terri L. Roth, PhD, Vice President of Conservation & Science and Director of Crew Cincinnati Zoo and Botanical Garden dimana dirinya pernah berhasil mengembangbiakan populasi salah satu badak Sumatera.

“Jadi badak Sumatera ini memang cukup sulit untuk di ternakan, dia tidak bisa dikawinkan begitu saja layaknya seekor sapi atau kerbau dan sejenisnya. Mereka biasanya sangat agresif dan harus ada waktu-waktu tertentu ketika akan dikawinkan,” terangnya.

Saat ini Yayasan Badak Indonesia (YABI) kata dokter Terri diketahui sudah berhasil memproduksi atau mengembangbiakan sebanyak 3 ekor anak badak.

“Anak badak yang terakhir diketahui lahir pada Bulan Maret lalu,” ucapnya.

Sebagai informasi kata Terri melalui penterjemahnya, Satu ekor badak hanya memproduksi satu ekor dalam kurun waktu 16 bulan dengan tenggang waktu 4 tahun untuk kembali hamil.

“Iya, Masa kehamilan badak itu selama 16 bulan dan di masa itupun hanya ada 1 ekor saja saat melahirkan dengan tempo 4 tahun untuk masa hamil kembali. Intinya mereka ini sangat agresif dan tidak bisa begitu saja ketika dikawinkan,” ungkapnya.

Ia menambahkan, Badak-badak yang di Indonesia itu biasanya hidup soliter atau individual (sendiri-sendiri).

“Sifat badak itu terkadang seperti halnya manusia, Ada yang memang tergantung mood (moody). Jadi tidak mudah begitu saja untuk mengawinkan mereka, Bravo YABI, kami selalu support.” tandasnya. (FIK)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *