20220721121455.jpg
Read Time:2 Minute, 27 Second

BOGOR, PENAPUBLIK.COM – Selama periode Januari 2021 hingga Juni 2022 berbagai macam program yang mendukung penyelamatan badak Sumatera dan badak Jawa telah dilaksanakan dengan dukungan dari berbagai donor, diantaranya seperti International Rhino Foundation (IRF),Tropical Forest Conservation Action for Sumatera (TFCA-S) dan KFW Development Bank yang tersebar di tiga wilayah kerja yang berbeda.

Untuk itulah Yayasan Badak Indonesia (YABI) dimana sebagai sebuah organisasi nirlaba dan bergerak di bidang konservasi badak di Indonesia serta memiliki berbagai program kerja sesuai dengan kondisi masing-masing wilayah untuk memberikan solusi efektif terhadap permasalahan konservasi badak yang tepat sasaran.

Koordinasi dan penyelarasan kerja dari seluruh unit kerja perlu dilakukan untuk memastikan tercapainya tujuan besar YABI dalam upaya menyelamatkan populasi badak Jawa dan Sumatera di Indonesia.

Saat Kegiatan Rapat Kerja Yayasan Badak Indonesia di Royal Safari Garden Cisarua Pada 20-21 Juli 2022

Menurut Indra Exploitasia, Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati dan Sumber Daya Genetik KSDAE KLHK saat dijumpai awak media disela-sela kegiatan Rapat Kerja YABI yang digelar di Royal Safari Garden Resort and Convention, Cisarua – Puncak pada 20 hingga 21 Juli 2022 mengatakan bahwa sebenarnya populasi badak itu tidak dalam kondisi kritis, Pemerintah Indonesia telah berupaya sehingga memperlihatkan adanya kelahiran badak Jawa di insitu juga bertambah.

“Awalnya dulu itu 60 sekarang sudah mencapai angka 70-an, Jadi ada semacam peningkatan populasi pada Badak Jawa maupun Badak Sumatera. Peningkatan populasi khususnya, tapi di exsitu (konservasi diluar lokasi). Tahun 2019 hingga 2021 lalu itu sudah ada peningkatan jumlah,” terangnya.

Dari sisi program konservasi badak kata Indra, Sedikitnya ada 3 side yang dilakukan dalam hal konservasi diantara-nya di wilayah utara di Aceh dengan peningkatan populasi Intensif Protection Zoo di Taman Nasional Gunung Leuser dan membangun SRS yang di Way Kambas untuk membangun apa yang disebut pengembangbiakan exsitu.

Sementara di Selatan Way Kambas dengan SRS yang dikelola oleh YABI akan berupaya meningkatkan terus populasi anak badak yang kemudian tentunya mengarah pada pembinaan populasi di insitu di Taman Nasional Bukit Barisan selatan juga di Way Kambas, Kemudian terakhir di Timur tepatnya di Kalimantan.

Menurutnya, Badak Sumatera yang berada di Kalimantan Timur itu sudah ada SRS dan pihaknya sudah menemukan individu badak di habitat alam.

“Jadi akan kita coba rescue untuk kita kembangkan untuk dikembalikan pada habitat alam,” paparnya.

Pihaknya berharap agar menjadikan YABI sebagai salah satu mitra dari Kementerian LHK membantu dalam hal konservasi badak dengan meningkatkan populasi baik di exsitu maupun di insitu.

“Ketika berhasil di exsitu maka secara otomatis akan berhasil pula di insitu-nya. Itu yang jadi harapan kami ya,” ungkapnya.

Ditempat yang sama, Jansen Manansang, Ketua Yayasan Badak Indonesia (YABI) mengatakan senantiasa berupaya meningkatkan populasi badak, Baik Jawa maupun Sumatera agar tidak punah.

“Untuk saat ini kami fokus pembenahan di internal YABI terlebih dahulu, peningkatan pengetahuan dan wawasan tentang YABI. Disamping itu dukungan dari Pemerintah dan warga masyarakat sehingga ada tindakan komprehensif dalam rangka memajukan serta mendukung program Pemerintah dan kita coba lakukan yang terbaik. Kami semua disini harus optimis melihat kedepannya.” tandasnya. (Fik).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

four × 5 =