Cisarua, PenaPublik.com – Seperti tahun sebelumnya, Di tahun 2019 ini tepatnya di Bulan Oktober warga yang tergabung dalam Komunitas Puncak Ngahiji sedianya akan melakukan hal yang sama yakni kegiatan Rebo Weukasan atau bagi warga Puncak sendiri sering menyebut dengan Lebaran Kupat (bahasa sunda-red). Bahkan diantaranya ingin membuat Tugu atau Monumen Ketupat di sekitaran Cisarua sebagai bentuk dalam menjaga kearifan lokal.
“Iya kami dari Puncak Ngahiji mempunyai event tahunan yang mana seperti tahun sebelumnya senantiasa menggelar kegiatan atau tradisi Rebo Weukasan. Adapun konsep dan tekhnisnya seperti apa kami bersama rekan-rekan lainnya sedang berupaya bagaimana acara tersebut dapat berjalan sesuai dengan yang di inginkan,” tutur Mulyana atau biasa disapa Bram.
Hal senada dikatakan Opik atau biasa disapa Ambon, Dirinya mengaku tekhnis kegiatan Rebo Weukasan yang digagas rekan-rekan PN yang lain berupaya semaksimal mungkin agar kegiatan dapat terlaksana dan terwujud dengan baik.
“Kita gak pakai Ketua tetapi semua bertindak jadi koordinator, Persiapan lainnya kami akan berkoordinasi lagi dengan rekan-rekan yang lain sambil pematangan menuju acara yang sudah disepakati. Mudah-mudahan berjalan lancar, mohon do’a dan dukungan dari semua pihak,” ucapnya.
Sementara itu menurut Ujang Pucuk melalui Whatsapp Grup PN mengatakan Rebo Weukasan atau Rebo Kasan adalah Rabu terakhir di bulan Safar, Ia menuturkan bahwa para ulama terdahulu lebih menyebutnya hari di turunkannya Bala’i.
“Biasanya pada pagi hari warga berdatangan ke Masjid atau Musholla diwilayahnya masing-masing menggelar syukuran secara berjama’ah kemudian setelah acara ritual keagamaan tersebut para warga makan kupat bareng dan itu sudah berjalan secara turun temurun dari generasi ke generasi. Maka dari itu kita sebagai generasi penerusnya harus bisa melestarikan tradisi semacam itu.” pungkasnya.
Reporter : Taufik Hidayat