Penapublik 20221201201851.jpg
Read Time:1 Minute, 50 Second

BOGOR, PENAPUBLIK.COM – Program Ketahanan Pangan jadi prioritas penyaluran Dana Desa, setidaknya prioritas itu makin mencuat ditahun 2022, hingga setiap Pemerintah Desa mengarahkan sejumlah porsi anggaran ke upaya dan tujuan Ketahanan Pangan Desa pada tahun 2022 ini.

Sebelum penyerapan anggaran, tentu ada tahap perencanaan, baik seberapa besar anggaran maupun seperti apa bentuk programnya, Jikalau tanpa perencanaan yang baik tentu penyelenggaraan program akan sangat tidak jelas. Terutama dalam pertimbangan manfaat yang didapat dari program tersebut.

Beberapa pihak Pemerintah Desa memilih untuk memperkuat kelompok Tani atau ternak, pengadaan hewan ternak seperti kambing, sapi hingga hewan ternak unggas seperti ayam dan burung puyuh.

Dalam bidang pertanian,Pemerintah Desa juga ada yang memilih untuk melakukan pengadaan berbagai bibit tanaman maupun penunjang lain seperti pupuk dan media tanam.

Semua jenis pengadaan tersebut tentu saja akan sangat bermanfaat bagi para pelaku peternakan maupun pertanian, namun banyak sekali ditemukan kebijakan Pemerintah Desa yang hanya sekedar menyelesaikan tantangan penyerapan dana desa bagi ketahanan pangan tersebut, alih-alih menggali manfaat lebih dalam.

Manfaat lebih dari hanya sekedar menyerap dan melaporkan laporan penggunaan Dana Desa masih bisa digali dari bagian terkecil, sebut saja dalam pengadaan media tanam. Barang ini didapatkan dengan cara membelinya sebagai produk jadi di sebuah toko, padahal sebuah kelompok tani bisa saja membuatnya sendiri tentu dengan biaya yang lebih murah.

Membuat beberapa kebutuhan sendiri akan menjadi bentuk pemberdayaan yang lebih tepat ketimbang membeli sebuah produk jadi, bukan hanya soal efisiensi biaya tapi juga mencapai esensi ketahanan pangan disetiap prosesnya.

Meski terdapat sebuah fakta bahwa sebuah kelompok tani tidak melulu harus sepenuhnya hanya melibatkan para praktisi tani profesional, keterlibatan orang awam atau tanpa kemampuan bertani dalam kelompok tani bisa dan sah-sah saja.

Namun inilah yang sering menjadi alasan bahwa pada akhirnya nilai lebih dari sebuah program dengan judul “Ketahanan Pangan” tidak tersentuh, penyerapan anggaran cukup besar hanya untuk kemudahan bertani tanpa ukuran hasil yang jelas terhadap misi dari Ketahanan Pangan itu sendiri.

Berbeda saat para punggawa Kelompok Tani adalah sejatinya memang praktisi tani yang cakap dalam melihat kebutuhan, potensi dan hitungan secara menyeluruh saat bertani, orientasinya bukan lagi hanya soal memanfaatkan apa yang diberikan Pemerintah semasa programnya digalakkan, akan tetapi melihat itu sebagai modal bertani jangka panjang bernilai ekonomis.

Penulis : Adeas
Editor : Taufik

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *