Ciawi, PenaPublik.com – Bukan tentang trayek angkot saja yang mengalami “Ngetem” dengan waktu yang tidak sebentar, pelayanan di sebuah Rumah Sakit Pemerintah pun terjadi hal yang sama. Hal itu di ungkapkan aktivis Bogor Selatan dan aktivis kesehatan.
Azet Basuni, mengatakan saat dirinya menemani saudara yang akan memeriksakan mata di RSUD Ciawi cukup menguras waktu.
“Bayangkan saja dari pukul 08.15 WIB hingga siang hari sekitar pukul 12.00 WIB, dari mulai pengambilan nomor antrian hingga pemeriksaan dilakukan dokter yang bertugas itu cukup lama,” keluhnya, pada Rabu (23/1).
Kekecewaan Azet tidak terletak pada pelayanan pemeriksaan atau medis di RS tersebut, melainkan pada lamanya antrian yang dilakukan. dimana lamanya antrian hingga berjam-jam dan seringkali melihat nomor antrian tak kunjung berubah sampai 2 jam lamanya.
“Tadinya saya mau periksa mata, tetapi akhirnya tidak jadi. Ketika kita ngantri itu di nomor antrian itu jelas ya 22 tapi yang muncul 27 sampai ngetem itu 2 jam lebih, artinya ketika saya masuk kedalam berkas-berkas daripada pasien itu ada, akhirnya punya saya dinaikin lagi itu berkas tersebut. Gak lama saya keluar dipanggil lah itu, nah hal semacam ini tidak baik juga tentunya ketika banyak pasien yang ngantri dibelakang ternyata banyak orang yang lalu lalang keruangan tersebut saya tidak tau apa orang itu karena memang ingin cepat atau karena memang udah daftar duluan,” tuturnya.
Oleh karena itu masih kata Azet, Ini berarti sistem yang ada di RSUD Ciawi khususnya tadi di Klinik Mata itu yang harus diperbaiki, tidak bisa seperti itu, pasien mau periksa mata saja sampai nunggu berjam-jam itu kurang layak sekelas RSUD.
“Nah ini tentunya harus diperbaiki, sistem yang harus dirubah. Apakah memang ini petugas klinik mata di RSUD Ciawi ini kurang dokter, perawat atau pemeriksanya saya tidak tau? yang jelas Pemerintah Kabupaten Bogor melalui Dirut RSUD Ciawi mengevaluasi harusnya ketika memang aduan masyarakat seperti itu, masyarakat banyak yang ngeluh karena lamanya penanganan termasuk saya pribadi,” tandasnya.
Ditempat yang sama, Syamsul Bahri, aktivis kesehatan yang saat itu sedang berupaya membantu membawa salah satu anak rekan sewaktu di SMP seorang warga Tugu Selatan, Kecamatan Cisarua atas nama Alfian Ramadhan (17 tahun) dengan mengendarai sendiri mobil ambulance-nya menanggapi bahwa menurutnya yang harus disikapi adalah regulasi di Rumah Sakit tersebut.
“Sebenarnya ada beberapa hal yang memang belum kondusif diantara sesama pihak manajemennya, gampang sekali menyampaikan kepada mereka apalagi pasien tersebut adalah pasien BPJS dengan menggunakan Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) dari pihak Desa, mereka agak sedikit kurang serius menangani pasien. Cuma jika kita memang hapal dan kita punya otoritas dibidang ini insha Allah penuh dengan solusi, kita juga bisa direct ke Dirut terutama RSUD Ciawi bisa langsung ke Ibu Hesti dalam hal ini,” paparnya.
Intinya menurut Syamsul yang juga aktivis Bosel, sebenarnya banyak solusi yang penting mau berbuat dan niat baik untuk masyarakat. Karena jika di diamkan penyakit itu makin banyak dan bertambah, jadi semuanya kembali kepada regulasi.
“Barusan saya dan kader IPSM Tugu Selatan terjun langsung mendaftar ulang dan hasil cek-up kami serahkan kembali kepada dokter yang sedang tugas, Kebetulan ibunya itu teman SMP saya dan anaknya terkena usus buntu kronis. Alhamdulillah tadi mendengar informasi bahwa besok akan dilakukan operasi.” pungkasnya.
Reporter : Taufik/Adeas